Senin, 26 Januari 2009

my journal, 26th of january 2009

Happy chinese nu year, readers.

Umm today seems to be the first day in 2009 where I woke up very late (12.30 pm!) While normally my alarm wakes me up at 630am in the morning.

What a bless for occasionally having that long duration of sleeping time hehe.

Btw, I got the opportunity today to exercise my gifts, thanks to Irene who opened my eyes that those things are not meant to be something spooky. Instead, it is a gift from God which given to me for the purpose of glorifying Him.

I love to listen to people, and I love it when they ask me for my opinions. Because actually when I give people advices, it works as a reminder for me, like a note to self.

I regretted something today. I disappointed my mum yesterday, and made her angry. But I didn't feel the necessity to apologize, so I acted like nothin happen.

And normally if we had a fight, my mom won't take talk to me until I apologize. The longest "silent treatment" we had was like three months. Can you imagine living in a house with ur parents and don't talk to 'em because ur pride is too high. I hated those days, that was like in 2005.

But yesterday, the old me came back. I thought, "I don't care mum, if you don't want to talk me that's okay, neither do I."

As an adult and mature people, and especially as what-so-called spiritually wise person, I shudnt acted like that.

And today, when I woke up, my mom talked to me first. That was totally out of normal and sucessfully made me think, that I still have this childish side of me that I have to eliminate.

Btw I listened to Efek Rumah Kaca 2nd album "Kamar Gelap" today while working on my Media Management assignment.

One of the song is titled "Mosi Tidak Percaya." I really like the lyrics.

Ini masalah kuasa, alibimu berharga.
Kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa.

KAMU TAK BERUBAH, selalu mencari cela.
LALU SMAKIN PARAH, tak ada jalan tengah.

JELAS KALAU KAMI MARAH,KAMU DIPERCAYA SUSAH.
LANTAS KALAU KAMI RESAH, SEBAB ARGUMENMU PAYAH.

Kamu ciderai janji, luka belum terobati.

Kamu tak mau memberi, kami tak bisa diberi.

Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya.
Ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya.

Ps: read between the lines.

Minggu, 25 Januari 2009

my journal, 25th of Jan 2009

A friend of mine said this to me:

"You're like a Teddy Bear, people love to talk to you and tell you their stories and secrets, because you have something inside you, that attracts people to keep on going back to you. They found you trust-worthy, you make them feel comfortable It's a gift from God."

Wow, what a compliment! But I want to be more than just a Teddy Bear, because they only hug and spend time wif the Teddy Bear at night, before they go to bed.

I had fun today, went to Church and meet a lot of friends.

I went out for lunch wif some friends and had a good time wif them.

What else??

Things that I regretted for today is.. Ummm???

Fiksi atas Fakta (pt.31)

Penat.
Banyak yang mengganggu kepala hari ini.

Hari ini Rhino sempat dibuat jengah dengan tingkah Girindra.

Baru beberapa hari lalu Rhino, Wina dan Nadia mengangkat topik soal teman baik mereka yang sudah lama menghilang itu.

Selama ini Girindra mengelu-elukan dirinya sebagai sosok pria dengan integritas, pria yang memegang setiap perkataannya.

Tapi Rhino, Nadia, Wina dan beberapa orang yang sependapat dengan mereka menyimpulkan, Girindra merupakan makhluk terplin-plan yang pernah ada.

Banyak kejadian yang membuktikan bahwa keahliannya hanya menjilat ludah sendiri.

Misalnya, beberapa kejadian yang sempat Rhino, Nadia dan Wina bahas:

1. Dulu Girindra bilang dengan angkuh, "Gw enggak suka baca novel. Gw cuma baca buku-buku soal leadership dan sebagainya. Ngapain sih baca novel?"

Kemudian tadi Rhino menemukan di jok belakang mobil Girindra, novel tebal, film "Twilight". Rhino tersenyum kemudian sedikit menyindir bertanya, "Elo baca ini, Gir? Ini kan cheesy banget bahasanya."

"Iya Tasya yang beliin," balas Girindra.

2. Girindra dulu pernah komentar mengenai laki-laki yang rela ke dokter demi merawat wajah. "Ngapain sih cowok ke dokter muka segala?" Begitu ujarnya.

Baru minggu lalu, Mocil, cerita ke Rhino bahwa Girindra sekarang melakukan perawatan di dokter muka. Itupun Tasya yang cerita, bukan Girindra yang terang-terangan mengakui.

3. Tasya dan Mocil merupakan teman di sebuah tempat les. Peraturannya, jika tidak datang, maka tidak akan absennya kosong, tidak boleh menyuruh orang lain mewakili untuk absen.

Satu kali, Mocil tidak bisa masuk karena ada urusan kerja kemudian meminta Tasya membubuhkan tanda tangan di kertas absen untuk Mocil. Tapi dilarang mati-matian oleh Girindra, "Elo nyuruh cewe gw bohong? Enggal boleh Cil, elo kan tau peraturannya."

Kemudian satu ketika giliran Tasya yang tidak bisa hadir. Girindra pun membubuhkan tanda tangan di lembar absen sang pacar. Kebetulan ada Mocil di situ, Mocil pun keheranan dan bertanya, "Lho kok elo yang tandatangan? Tasya mana?"

"Tasya di luar negeri."
"Curang giliran gw enggak boleh!"
"Diem, ini beda, ini forced major."

Ya ya.. apapun sah demi kepentingan pribadinya.

4. Girindra dulu pernah mencibiri laki-laki yang punya pacar dengan jarak rumah yang cukup berjauhan. "Gw sih ogah punya pacar jauh-jauh rumahnya, yang deket-deket aja kan bisa."

Sekarang, Girindra yang tinggal di daerah Pulomas, memacari Tasya yang tinggal di Tangerang (baca: luar-Jakarta-kurang-jauh-apa-lagi-?")

5. Salah satu yang krusial dan cukup membuat heran adalah waktu ia memutuskan pacaran dengan Tasya. Karena beberapa bulan sebelumnya, Girindra dengan yakin bilang ke Nadia, Rhino, dan Wina, "Ini bukan season gw, waktu gw untuk pacaran enggak sekarang, at least enggak tahun ini."

Rhino, Wina dan Nadia pun mulai concerned dengan kondisi teman mereka.

"Gimana ya cara ngomong ke dia? Kan kasian dia cuma jadi bahan omongan dan ketawaan orang kalo kayak gini?"Ujar Rhino.

"Ya udahlah bo, mau diapain lagi. Dia kan emang masih labil, masih ABG. Belum ketemu jati dirinya, always try to please everyone, tapi mau terkesan rebel dan keren. Capek, deh." Timpal Wina.

"Iya biarin aja, dia kan keras kepala. Kalo orang keras kayak dia, musti nabrak dulu biar sadar." Tambah Nadia.

Lalu sekarang, hari ini, perihal BlackBerry pun dijadikan topik yang menyebalkan oleh Girindra.

Hari ini, Girindra dan Rhino serta Viona, yang sudah lama tidak jalan bareng, memutuskan untuk makan siang bersama sepulang gereja.

Lalu Girindra, yang dulu pernah menghina BlackBerry karena dianggap sebagai produk pasaran, menanyakan kisaran harga salah satu jenis keluaran BlackBerry.

Maka Rhino pun mencibir, "Katanya pasaran, dulu bilang enggak mau."

"Emang enggak mau, kalopun ganti gw mau yang Bold. Punya elo pasaran, hampir semua orang punya."
"Bold juga pasaran kali sekarang. Udahlah beli aja, ngapain sih beli hp yang bisa video call? Kan kalo pake BlackBerry lo bisa chatting, denger suara pacar lo dan saling kirim gambar. Lebih murah lho, karena 24 jam online, beda dengan video call yang bayarannya diitung per menit."

"Ya elah kirim gambar bisa lewat e-mail kali."

"Iya tapi nyari hot spot dulu. Musti login e-mail pula. Repot "

"Tapi ga enak ah ngetiknya, mendingan gw touch screen. Lebih cepet nulisnya karena ada sensornya jadi kalo gw nulis di layarnya langsung jadi tulisan, enggak kayak PDA pada umumnya yang harus nulis di layar huruf per huruf."

"Enakkan ngetik kali, Gir. Cepetan ngetiklah."

"Elo enggak mau kalah ya dari gw?"

Rhino hanya tersenyum.

"Elo kali yang enggak mau kalah," celetuk Viona.

"Pasaran ah BlackBerry." Lanjut Girindra lagi.

"Ya pasaran karena fiturnya bagus." Sanggah Viona.

"Tapi kan banyakkan orang yang beli untuk gaya dan ikut-ikutan aja," Girindra ngotot.

"Emang ada yang beli demi gaya aja, tapi ada juga yang beli kayak gw karena butuh, karena sangat membantu buat kerjaan gw."

"Tetep ah bagusan handphone gw."

"Ya itu kan menurut elo, menurut para pengguna BlackBerry ya bagusan handphone mereka lah." Ujar Viona.

"Ya kalo pun gw pengen, gw akan beli yang Bold."

"Tetep aja itu BlackBerry juga. It has the same brand on it. PERIOD."

"Tapi bedalah, yang gw bilang dulu enggak mau gw beli itu maksudnya yang kayak punya lo."

Rhino pun diam, tersenyum dan mengalah.

Memang kedewasaan tidak bisa diukur dari usia.

Ps: tulisan ini dibuat bukan untuk mempromosikan produk tertentu.

Ps: dedicated to my " man of integrity (he thinks)",terserah elo mau bilang tulisan gw subjektif enggak apa-apa.

Sabtu, 24 Januari 2009

my journal, 24th of jan 2009

Thanks to Lois and Clark, I am now deciding to write on my journal again.

They said start with writing about what I feel, or what I did today, then continued with writing about things that I regretted today, things that I shouldn't hv done.

So this is my first trial.

I finally finished my internship report today. Oh I am too tired to tell the exact details, too lazy to reminisce.

Then I went to oxygen, I got to tired when I arrived in annex so I was fell to sleep before oxygen started on the bean bag.

I trained sandy to be a new vj for oxyten

I sat with dave during sermon.I bitched a while after service wif my yucky team.

Btw sumthin bad happened at the beginning of the sermon. Uncle j had a spontaneous idea, he invited two people, edwin and gitong, muscly guys, to come forward and do adu panco.

But it ended up wif edwin got his arm broken, his bone were broken into two pieces. Geesh, scary it was meant to be something fun.

Eniwei, I felt glad and thankful today because Iris fulfilled his promise to me. He gave me his suit, custom made and zara look a like that he made in pasar baru. He wore it on our xmas dinner and I was immediately liking it.

After service I went to starbucks wif wina. We had a fun and great talk.

I also felt satisfied today because I improved my exercise program, I made it until half an hour and got sweaty.

I want to be fitter this year.
Btw hmm I hv to consider what are the things that I regretted today.

Hmm. I think today is zero hehe.

Jumat, 16 Januari 2009

Fiksi atas Fakta (pt.30)

Matahari belum bangun, namun mata serta alam bawah sadarnya sudah dipaksakan terjaga.
Mungkin sama paginya ketika salah satu murid tiga kali menyangkali gurunya.
Kaca jendela mobil sengaja dibiarkan terbuka, agar udara pagi Jakarta dibiarkan masuk menyapa setiap titik di wajah.
Udara seperti ini sangat jarang didapatkan, kebanyakan angin yang bertiup di kota besar hanya medium penghantar debu dan gas-gas beracun keluaran knalpot kendaraan yang belum beremisi, polusi.
Nikmat, membiarkan wajah tertepa angin, menyaksikan mentari yang perlahan menguning, ditemani suara galau Erlend Oye atau vokal khas Jason Mraz sesekali mampir di telinga.

Rhino duduk sendiri di jok belakang mobil salah satu pamannya, menuju bandar udara Soekarno Hatta bersama beberapa bagian dari keluarga besarnya, hendak mengantarkan Sri Ratu dari keluarganya sebelah ibu.

Alkisah dulu di Manado, di mana banyak tumbuh kopra dan cengkih, seorang pemuda, Richard Gerson membentuk sebuah keluarga dengan seorang wanita, Victorine. Pernikahan mereka menghasilkan tujuh orang anak, Rhino merupakan keturunan dari anak yang tertua, Helena Gerson.

Oma Helen, selain anak tertua, juga merupakan yang paling galak dan terkenal disiplin di antara klan Gerson yang lain, karena itu ia dijuluki Sri Ratu. Helena Gerson mendidik anak hingga cucunya termasuk Rhino dengan didikan disiplin ala Belanda. Mungkin karena fakta bahwa ia dilahirkan di masa transisi penjajahan Belanda ke Jepang.

Tahun ini Oma Helen datang dari Manado ke Jakarta untuk bertemu dengan adiknya, Frida, menikah dengan orang Irak, kemudian tinggal di Sydney, Australia. Sementara 2 adiknya yang lain juga ikut menyusul ke Jakarta, Sachiko dan Rudy.

Maka reunilah mereka kakak-beradik, dari 7 orang sudah tinggal 4 orang yang masih hidup. Lucu, Rhino membayangkan 4 sosok sesepuh ini yang sudah tua, berkeriput, serta beruban dulunya 4 anak-anak yang tinggal serumah, berlarian ke sana ke mari.

Sekarang klan Gerson sudah sampai ke generasi kelima, karena beberapa orang di antara angkatan Rhino sudah menghasilkan keponakan-keponakan kecil yang lucu namun mengerikan. Entah kapan Rhino bisa berani mengambil keputusan untuk memproduksi duplikatnya dan mengkontribusikan satu anggota ke dalam generasi kelima tersebut

Sama seperti rumah sakit, bandara juga merupakan salah satu tempat yang tidak terlalu suka ia datangi. Karena di bandara orang bertemu dan berpeluk kangen sekaligus berpisah sambil berpeluk haru. Rhino tidak suka aura melankolis yang dipancarkan bandara.

Sebelum berpisah, Rhino memeluk Oma Helen sambil berbisik dalam logat Manado, "Hati-hati ya Oma, nanti kalo Tuhan berkenan torang bakudapa ulang Desember ini waktu kita pe wisuda." - "Hati-hati ya Oma, kalo Tuhan berkenan, kita ketemu lagi ya Desember ini waktu aku wisuda." Oma mengangguk tersenyum. Ada secercah motivasi yang Rhino rasakan untuk segera merampungkan skripsi dan kuliahnya, agar rencana wisuda dan gelar sarjana sudah bisa disandang Desember tahun ini.

Deru udara yang ditabrak oleh rangka pesawat-pesawat yang mendarat ataupun lepas landas sesekali terdengar. Rhino menghela napas, memandang langit yang sekarang sudah sepenuhnya terang.

"I hate airport, I hate hellos and goodbyes."

Kamis, 15 Januari 2009

Fiksi atas Fakta (pt.29)

Kantuk dan niatnya sama-sama besar, tidak ada yang mau mengalah.
Sudah setengah jam dia berbaring tengkurap di atas kasur, menantangi laptop-nya yang menganga menyala.
Cahaya yang dikeluarkan oleh layar monitor menjadi satu-satunya penerang di kamar Rhino yang sudah gelap, karena lampu kamar telah dipadamkan.
Sudah setengah jam.
Laporan magangnya terhenti pada halaman judul, niatnya untuk melanjutkan terantuk oleh si kantuk.
Namun keinginannya untuk tidur terantuk oleh niat yang kuat.]
Laporan magang dengan tenggat waktu dua minggu dari sekarang harus rampung dengan persyaratan ditulis minimal 30 halaman berbahasa Inggris.
Lelah rasanya otak ini untuk diperas sebegitu rupa demi mengeluarkan sari-sari kemampuan linguistik Rhino.

Jakarta sudah hampir satu minggu ini dirudung duka.
Duka yang sebenarnya membuat Rhino justru tersenyum senang.
Agak egois kalau dipikir.
Karena akibat hujan dalam jumlah galonan, banjir langganan mulai terjadi, ditambahi bumbu kemacetan menyedapkan kehidupam hampir semua penghuni ibukota ini.
Tapi Rhino senang dengan kondisi hujan-hujanan ini.
Dingin.
Nyaman.
Tidak lekas naik darah akibat kepanasan.

Selain kenyamanan yang dibawa oleh aura dingin, alasan lain mengapa Rhino sangat menyukai musim penghujan adalah karena maraknya orang-orang yang mengenakan aksesori penghangat tubuh ala kekinian.
Semua orang terlihat lebih sedap dipandang mata, lebih fashionable.
Walaupun tidak sedikit juga yang masih harus dilabeli “fashionable-maksa”, kemudian disematkan banderol “murah”, lalu disegel dan dikirim ke pelabuhan untuk dikargokan sebagai barang “reject”.

Rhino membekap mulutnya, berusaha menahan udara yang menguap dari dalam mulut, namun tetap lolos menyisipi sela-sela jemari.
Mata ini sudah seperti digayuti pemberat ribuan ton.
Sudahlah, Rhino memutuskan untuk mengikuti matanya.
Terpejam sebentar, sebelumnya mengatur alarm agar berbunyi lebih pagi, kemudian melanjutkan laporan magangnya yang baru berbentuk halaman judul, nanti pagi.
Terdengar adil.
Adil untuk mata, adil untuk niat.

Maka lelaplah Rhino diiringi bayang-bayang kalimat pengisi laporan magang yang sudah memenuhi otak, menghantar Rhino menuju rengkuhan kasur dan bantal.