Kamis, 15 Januari 2009

Fiksi atas Fakta (pt.29)

Kantuk dan niatnya sama-sama besar, tidak ada yang mau mengalah.
Sudah setengah jam dia berbaring tengkurap di atas kasur, menantangi laptop-nya yang menganga menyala.
Cahaya yang dikeluarkan oleh layar monitor menjadi satu-satunya penerang di kamar Rhino yang sudah gelap, karena lampu kamar telah dipadamkan.
Sudah setengah jam.
Laporan magangnya terhenti pada halaman judul, niatnya untuk melanjutkan terantuk oleh si kantuk.
Namun keinginannya untuk tidur terantuk oleh niat yang kuat.]
Laporan magang dengan tenggat waktu dua minggu dari sekarang harus rampung dengan persyaratan ditulis minimal 30 halaman berbahasa Inggris.
Lelah rasanya otak ini untuk diperas sebegitu rupa demi mengeluarkan sari-sari kemampuan linguistik Rhino.

Jakarta sudah hampir satu minggu ini dirudung duka.
Duka yang sebenarnya membuat Rhino justru tersenyum senang.
Agak egois kalau dipikir.
Karena akibat hujan dalam jumlah galonan, banjir langganan mulai terjadi, ditambahi bumbu kemacetan menyedapkan kehidupam hampir semua penghuni ibukota ini.
Tapi Rhino senang dengan kondisi hujan-hujanan ini.
Dingin.
Nyaman.
Tidak lekas naik darah akibat kepanasan.

Selain kenyamanan yang dibawa oleh aura dingin, alasan lain mengapa Rhino sangat menyukai musim penghujan adalah karena maraknya orang-orang yang mengenakan aksesori penghangat tubuh ala kekinian.
Semua orang terlihat lebih sedap dipandang mata, lebih fashionable.
Walaupun tidak sedikit juga yang masih harus dilabeli “fashionable-maksa”, kemudian disematkan banderol “murah”, lalu disegel dan dikirim ke pelabuhan untuk dikargokan sebagai barang “reject”.

Rhino membekap mulutnya, berusaha menahan udara yang menguap dari dalam mulut, namun tetap lolos menyisipi sela-sela jemari.
Mata ini sudah seperti digayuti pemberat ribuan ton.
Sudahlah, Rhino memutuskan untuk mengikuti matanya.
Terpejam sebentar, sebelumnya mengatur alarm agar berbunyi lebih pagi, kemudian melanjutkan laporan magangnya yang baru berbentuk halaman judul, nanti pagi.
Terdengar adil.
Adil untuk mata, adil untuk niat.

Maka lelaplah Rhino diiringi bayang-bayang kalimat pengisi laporan magang yang sudah memenuhi otak, menghantar Rhino menuju rengkuhan kasur dan bantal.

Tidak ada komentar: