Minggu, 16 November 2008

Fiksi atas Fakta (pt.25)

Suara alarm yang sudah di-setting untuk berbunyi setiap pukul 06.30 di pagi hari berhasil membangunkannya.
Rhino membuka matanya, menyelusupkan tangannya ke bawah bantal, kemudian meraih selularnya.
Ia selalu tidur dengan selularnya yang dibiarkan terjaga sementara ia terlelap.
Ia ingin selularnya selalu aktif, agar ia bisa dihubungi kapan saja, jika sebuah keadaan darurat mendesaknya di malam hari.
Walau kata orang tidak bagus tidur dengan selular yang aktif dengan posisi di dekat kepala.
Radiasinya mampu mengaktifkan sel-sel kanker di otak, konon begitu katanya.

Seperti kebiasaannya setiap pagi, begitu membuka mata, Rhino harus selalu mengecek apakah ada telepon atau SMS yang masuk ketika dia sedang tidur.
Kadang bunyi-bunyian penanda telepon dan SMS masuk tidak mampu menjangkau area dunia mimpinnya.
Setelahnya, ia akan mengecek tanggalan, untuk melihat agendanya hari itu.
Hal-hal apa yang harus ia lakukan, acara apa yang harus ia datangi, siapa yang harus dia telepon, siapa yang harus dia e-mail, hingga hal-hal sepele, seperti sebuah reminder agar tidak lupa meng-upload foto-foto terbarunya, hasil jalan-jalan kemarin dengan Diandra, ke Facebook.

Kemarin dia dan Diandra sepakat untuk gereja bersama, kemudian pergi makan siang setelahnya dan lanjut ngobrol-ngobrol di emperan Menteng, ketawa-ketawa, membicarakan orang-orang yang berlalu lalang.
Lebih nyaman begitu rasanya, pikir Rhino.
Ketimbang pacar, dia lebih menyenangkan untuk dijadikan teman baik.

Agendanya hari ini ternyata hanya ujian lisan mata kuliah metodologi penelitian.
Setiap anak harus mengajukan memilih topik, judul serta studi kasus akan penelitian yang mereka angkat, kemudian membuat proposalnya, hingga ke bab 3.
Jika bagus, maka skripsi bayangan ini boleh mereka revisi dan lanjutkan nanti di semester depan, tapi jika tidak, terpaksa semester depan mereka harus memutar otak mencari topik baru yang bisa diangkat.
Karena itu sebaiknya setiap anak mengerjakan skripsi bayangan ini dengan sungguh-sungguh, agar tidak perlu bekerja dua kali di semester depan.
Lebih baik bayar harga di depan daripada di belakang, karena pada intinya, di depan ataupun di belakang tidak ada bedanya, kita akan tetap harus membayar sesuatu.
Tinggal pilih, mau susah dulu, kemudian senang di kemudian hari, atau senang-senang dulu baru sengsara di kemudian hari.

Menurut Girindra, yang diperlukan untuk bisa fokus membuat skripsi adalah niat.
Rhino bertanya kepada Girindra, karena sekarang dia tengah fokus membuat skripsinya.
Namun, dia terjebak di bab 2, karena rasa malas lebih besar dari niatnya.
Bab 2 berisi segala macam teori yang harus dikumpulkan dari sekian banyak buku dan sumber-sumber lain yang harus dibaca satu per satu, demi menyokong hipotesis yang kita angkat.

Membuat skripsi tidak dikenakan tenggat waktu.
Jika bisa selesai tepat waktu, gelar sarjana bisa langsung dipegang.
Jika tidak, gelar sarjana harus ditunda.
Konsekuensinya hanya sebatas itu, namun dapat berdampak panjang.

Maka berbekal sebuah kata itu, Niat, Rhino mulai membuat skripsi bayangannya.
Ia membuat agenda bahwa skripsi itu bisa dikerjakannya dalam tiga hari.
Satu hari untuk satu bab.
Maka selama tiga hari dikumpulkanlah niatnya tersebut.
Mulai dari bertanya kepada teman sekelasnya yang terkenal paling pintar, minta pendapat langsung kepada dosennya, minta didoakan teman-temannya, mencari buku hingga semua data yang diperlukan di internet, dan rela tidak tidur hingga jam empat pagi ditemani dua cangkir kopi selama tiga hari berturut-turut.

Masalahnya, Rhino baru bisa fokus mengerjakan skripsinya sepulang dari kantor.
Di tengah deadline yang kadang mengharuskan Rhino lembur hingga jam sepuluh malam, Rhino masih harus memikirkan skripsinya bab per bab ketika sampai di rumah, melawan segala keinginan untuk berbaring kemudian tidur lelap hingga pagi.
Statusnya di Facebook, YM, MSN hingga Plurk dalam tiga hari tersebut berbau skripsi.

Zacrhino Tjakraditya lagi brainstorming judul skripsi.
Zacrhino Tjakraditya sedang berkutat dengan bab 1.
Zacrhino Tjakraditya says hore, bab 1 selesai, selamat datang bab 2!
Zacrhino Tjakraditya lagi ditemani dua cangkir kopi.

Maka selesailah skripsi bayangan tersebut dalam tiga hari.
Dan hari ini, Rhino harus mempresentasikannya di hadapan sang dosen, kemudian sang dosen akan memberikan tiga pertanyaan seputar skripsi Rhino.
Ketiganya berhasil dijawab, walaupun proses tanya jawab itu berlangsung begitu cepat.
Sehingga ketika pertanyaan ketiga dijawab, Rhino seperti tidak terima dan minta ditanya lebih lagi.

Sebelum pulang, Ayahnya menelepon.
”Rhin, kamu masih di kampus?”
”Masih. Kenapa, Pa?”
”Pulang jam berapa?”
”Ini udah selesai, mau pulang.”
”Pulang naik taksi, kan?”
”Iyalah, kenapa?”
”Bisa jemput Papa enggak di sini? Papa demam nih enggak bisa nyetir sendiri.”
”Ok.”
”Ya udah nanti kalau udah deket telpon ya, nanti Papa tunggu di lobby.”

Jarak kantor Ayah Rhino dengan kampusnya memang hanya berjarak 6 sampai 7 bangunan.
Si Ayah, tumben-tumbenan sakit.
Padahal olahraganya rajin, pola makannya pun terjaga.
Tidak seperti Rhino yang pemakan segala sesuatu yang enak di lidah, tapi belum tentu bagus untuk tubuh, dan malas berolahraga, bahkan tidak pernah olahraga semenjak ia lulus SMA, karena sudah tidak ada lagi pelajaran Pendidikan Kesehatan Jasmani yang mengharuskannya lari keliling lapangan basket sekolah sebanyak lima putaran.
Tidak ada lagi ekstra kurikuler Pasukan Pengibar Bendera, dengan para senior yang mengharuskan ia push-up dan sit-up hampir setiap 15 menit.
Dulu perutnya rata, dan sedikit membentuk 4 kotak kecil hasil sit-up.
Sekarang perutnya membuncit.

Baginya, berjalan kaki dari pintu masuk gerbang area parkir kantor menuju kantornya, setiap hari, sudah bisa disebut olahraga.
Padahal salah satu resolusi Rhino tahun ini adalah rutin berolahraga, sedikit stretching, pemanasan, sit up, push-up, dan weight lifting setiap hari, minimal setengah jam, ketika bangun tidur.
Tapi hal tersebut hanya mampu dilaksanakannya hingga bulan Maret.
Selebihnya, ketika bangun tidur, Rhino memilih untuk langsung turun ke ruang makan, sarapan, kemudian mandi.
Ternyata untuk bisa hidup dengan pola yang sehat serta bugar, sama seperti membuat skripsi, diperlukan niat yang besar.

Tidak ada komentar: