Minggu, 09 November 2008

Fiksi atas Fakta (pt.24)

Langkah kakinya diperbesar, wajahnya tertunduk ke bawah.
Seperti sundal yang tertangkap basah kemudian diarak keliling kampung.
Menatapi ragam tanah yang diinjaknya.
Mulai dari jalanan beraspal yang meruap karena digauli matahari.
Tanah merah, sedikit basah sisa hujan semalam.
Hingga lantai ubin coklat-coklat yang disusun serupa potongan motif argyle.

Ternyata masih musim persinggungan.
Dikira Rhino musim hujan sudah benar-benar datang.
Hujan badai kemarin, bisa terganti panas terik hari ini.
Matahari seperti belum rela bertukar posisi dengan awan hujan.
Tidak seperti McCaine yang sudah mengalah kepada Obama.
Tunggu, mungkin McCaine tidak mengalah, tapi tahu bahwa dia memang harus kalah terhadap Obama.

Baru semenit status online-nya mengendap di window YM, Diandra sudah mem-buzz-nya.

NonaDiandra: Mas, boleh minta saran enggak?
Rhino melepasan ear plug iPod-nya, menaruh tasnya di bawah meja, mengeluarkan flash disk-nya dari dalam tas, mencolokkannya ke komputer, merapikan barang-barangnya di meja, bekas pekerjaan kemarin,
baru kemudian membalas ketikan Diandra.

RadityaRhino: Boleh banget. Ada apa?
NonaDiandra: Gw enggak jadi nanya soal masalah ML itu ke laki gw. Tapi ada masalah lain, kemaren dia ngasarin gw, gara-gara gw cipika cipiki sama temen cowok gw pas ketemu di Senayan City.Dia teriak-teriak dalem mobil, biasanya gw akan diem aja bahkan minta maaf nangis-nangis, tapi semalem gw decided untuk ngomelin dia balik. Gw enggak tahan, gw tegor dia. Duh maaf ya gw engak bisa berenti cerita, nih.

RadityaRhino: It's ok, keep goin Di, I'm listenin.
Rhino memutuskan untuk memeriksa inbox e-mailnya, menyicil pekerjaan sisa kemarin, sambil membiarkan Diandra asik mengetik di YM.

NonaDiandra: Gw bilang, gw enggak terima diginiin terus. Kalo dia mau teru gunain cara kasar untuk ngungkapin maksud dia, gw enggak bisa sama dia lagi. Dia musti deal sama emotional issue-nya. Kalo dia butuh bantuan, gw mau bantu. Tapi intinya, gw enggak terima diteriakkin terus kayak gini, kayak babu. Gw ngomongnya udah sampe nangis gemeteran. Dia tetep enggak mau kalah, sampe akhirnya dia diem dan bilang, "gw capek, gw mau pulang". Ya udah gw bilang, "thanks, udah nganterin", terus gw turun masuk ke rumah. Tapi dia enggak kontak gw lagi, padahal sebelum tidur gw sms bilang gw mau tidur dulu. Dan dia masih enggak kontak gw SAMPE SEKARANG! Gw penasaran, kan dia yang salah, apa dia gengsi kontak gw duluan? Gw pengen telpon nanya dia di mana bla bla bla, tapi gw juga gengsi. Kalo lo jadi gw, elo bakal gimana, Rhin?

BUZZ

Rhino yang sedang memeriksa artikel liputan konser Avenged Sevenfold dari Kris, jurnalisnya, terpaksa menghentikan dulu aktifitas sejenaknya untuk menanggapi pertanyaan Diandra.

RadityaRhino: Kalo gw jadio lo gw bakal cuek aja. Eh enggak ding, gw bakal kontak dia sekali lagi, nanya "Kamu ke mana? Kok malah jadi kamu yang nyuekin aku, ya? We need to talk bla bla bla".
NonaDiandra: Sms aja apa telpon?
RadityaRhino: Telpon aja, kalo enggak diangkat, baru sms. Diandra, that guy clearly has an unfinished issue from his past to fix, whatever it is. Elo enggak bisa rubah dia Di, dengan cara apapun juga. Kalau dia mau berubah, ya dia musti sadar dan ambil keputusan sendiri untuk berubah.

Karena perubahan di dalam diri kita, tidak terjadi atas keputusan orang lain. Orang lain hanya memberi
pengaruh, tapi keputusannya ada di tangan kita.

RadityaRhino: Jangan sampe elo wasting time sama dia, Di.
NonaDiandra: Iya, temen-temen gw sampe bilang, gw tuh tinggal waktu aja sampe gw bener-bener eneg banget sama dia terus putus.
RadityaRhino: Iya, elo jangan mau jadi kayak cewe-cewek di luar sana yang stuck di tipe relationship seperti ini. Inget, mikir juga pake otak, jangan ngikutin hati mulu.

Karena perempuan lebih banyak menggunakan perasaan, ketimbang pria yang lebih banyak menggunakan akal.

NonaDiandra: Iya, Rhin. Kemaren tuh gw kemajuan banget bisa ngomong gitu ke dia, biasanya kalo dia bentak gw, gw bakal diem dan minta maaf ke dia. Dia tuh demand perhatian banget, kayak gw cowok, dan dia ceweknya, Rhin.
RadityaRhino: I see.
NonaDiandra: Gw salah enggak sih kalo gw pengen kita menghargai dunia masing-masing? Kan enggak selalu kegiatan gw dia harus involve. Gw pengen kita punya dunia sendiri-sendiri, enggak kemana-mana berdua terus. It's not that I don't love him, it's just that I think.. I'm a bit independent.

RadityaRhino: It's not about being independent or not sih, Di. It's about being a totally full single, ngerti enggak?
NonaDiandra: That's what I mean.

Rhino punya prinsip, bahwa untuk memulai sebuah hubungan yang ideal, seseorang harus menjadi satu individu yang penuh terlebih dahulu. Istilahnya menjadi SINGLE, totally single first.

Bingung?

Begini maksudnya, Rhino menganalogikan kehidupannya seperti sebuah gelas.
Ketika lahir gelas itu kosong, kemudian sedikit demi sedikit gelas ini akan diisi oleh air.
Air menggambarkan pelajaran-pelajaran yang didapatnya sejak kecil.
Tapi bukan hidup ini bukan perihal menerima, tapi juga soal memberi.
Ada kalanya air, yang dituang ke dalam gelas kehidupan kita harus dituang ke gelas lain.
Itu namanya berbagi.

Rhino percaya, bahwa hidup kita baru maksimal ketika gelas ini akhirnya meluap penuh, saking banyaknya air yang diisikan ke dalamnya. Ketika penuh dan melimpah, sang pemilik gelas, akan mengganti kapasitas penampungan gelas tersebut dengan gelas yang lebih besar, bisa saja berubah menjadi baskom, kemudian ember, kemudian bak mandi, apapun itu. Karena hidup merupakan sebuah proses untuk selalu naik dan bukan turun.

Maka itu, menurut Rhino, sebaiknya sepasang kekasih, masing-masing haruslah terlebih dulu memiliki gelas berisi air yang melimpah. Supaya bersama, mereka menjadi berkelimpahan. Agak sedikit timpang, jika sebuah gelas penuh dipasangkan dengan gelas yang berisi air, seperempat, setengah, ataupun tiga per empat.

Bisa dibayangkan? Gelas yang penuh, harus membagi kepenuhannya kepada si gelas yang belum penuh.
Yang lebih buruk, jika dua gelas belum penuh bertemu. Bisa bayangkan bagaimana waktu mereka hanya akan habis untuk berusaha memenuhi gelas pasangannya?

Prinsip ini juga digunakannya dalam memilih teman. Rhino termasuk tipe yang penyendiri dan pemilih. Dia bisa bersikap ramah terhadap siapa saja, tapi bukan berarti dia bisa berteman dengan semua orang. Ada dua tipe teman di dunia ini menurutnya, air mineral dan minuman soda.

Pilihannya ada di tangan setiap manusia, dengan siapa mereka mau berteman, dengan air mineral atau minuman soda. Seperti kita semua tahu, air mineral tentu jauh lebih sehat dari minuman soda. Teman-teman yang membawa dampak serta kontribusi bagus dalam hidupnya diibaratkan sebagai air mineral. Rhino memilih untuk berteman dengan segenap air mineralnya, Nadia, Wina, Girindra, Viona, Karina, dan beberapa yang lain.

Karena masa depan seseorang dapat ditentukan dari pergaulannya, inner circle-nya. Karena pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.

Rhino pernah berteman dengan segerombolan pemalas yang punya konsep berpikir ”go-with-the-flow”, ”que-sera-sera”, maka jadi samalah dia dengan gerombolan tersebut. Beda setelah sekarang dia kenal dengan orang-orang dominan yang ada di sekelilingnya, para pemikir yang berpikir panjang, well-orgazined, well-planned, dan tahu akan ke mana mereka membawa hidup mereka 10 tahun ke depan.

NonaDiandra: Dia tuh haus perhatian banget, Rhin. Gw harus cari-cari dia, kalo enggak dia bakal marah-marah ke gw. Tapi gilirian gw baikkin, dia bilang gw gombal. Maunya apaaa cobaa? The only thing that stands in my way is feeling gw ke dia, coz we’ve been together for like 10 months.
RadityaRhino: Ya udah, pokoknya sekarang elo musti contact dia dulu ajak ngomong.
NonaDiandra: Ok, gw coba telpon dia dulu deh ya. Tapi kalo dia nyolot gimana, Rhin?
RadityaRhino: Kalo dia nyolot, ya elo musti tetep tenang. Elo jelasin elo nelpon dia pengen ngomong baik-baik, kalau dianya kayak gitu, ya elo mendingan telpon lagi nanti kalo dia udah bisa kontrol emosinya. Nah, langsung tutup deh telponnya. Nanti maleman, telpon lagi, tanya, udah bisa diajak ngomong baik-baik atau belum.
NonaDiandra: Gitu, ya? Ok deh, kau pintar juga Mas. Ya udah aku telpon dia dulu, elo stay here, ya. Brb.
RadityaRhino: Ok.

Akhirnya. Paling tidak sambil menunggu Diandra menyelesaikan masalahnya, Rhino bisa kembali fokus kepada pekerjaannya yang dari tadi belum disentuh, karena harus meladeni Diandra.

”Rhino, coba tolong cek e-mail kantor, ada e-mail dari Pak Danu, katanya ada masalah sama desain cover yang kemarin kita ajuin.”

Lia, Managing Director majalahnya tiba-tiba muncul di belakang pundaknya.
Rhino menoleh, mengangguk, kemudian langsung membuka Microsoft Outlook-nya.

From: danuchandra@creativeads.com
To: raditya.rhino@beatmagz.com

Subject: Revisi Cover dan Advertorial

Dear Beat team,

Untuk yang advertorial, kata-katanya bisa dipersingkat enggak?
Untuk yang cover, kayaknya kalian salah tangkep, kalau bisa jangan ada gambar tissue berserakan, terus kalau bisa fotonya pake PC, jangan pake laptop, karena akan terkesan itu lagi kerja di rumah. Sementara kita mau nuansa lembur di kantornya itu dapet.

Mungkin bisa ditambahin tumpukan kertas, ada dua, satu tumpukan kertas untuk pekerjaan yang sudah selesai, satu tumpukan lagi untuk yang belum, kemudian kalau bisa ada bantal kecil, seperti bantal mobil atau bantal sofa gitu, untuk ngegambarin bahwa saking niatnya orang itu lembur di kantor, dia sampe bawa bantal segala.

Ditunggu ya feedback-nya.

Thanks.

Kepala Rhino langsung penat.
Proses pemotretan cover bulan ini cukup kompleks dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Adalah satu perusahaan rokok yang ingin memasang iklan di majalah Rhino, di halaman muka, setiap bulan selama setahun.
Namun, perusahaan rokok ini ingin iklan yang ada di majalah Rhino berbeda dengan yang ada di majalah-majalah lain, karena itu setiap bulan Rhino harus mengembangkan tema yang mereka berikan untuk diangkat menjadi cover majalahnya,

Tema yang diberikan bulan ini adalah lembur. Tidak seperti biasanya, di mana Rhino hanya mengajukan tiga konsep, bulan ini Rhino harus menyuguhkan tujuh konsep, karena enam konsep sebelumnya ditolak semua. Sekarang setelah konsep ketujuh yang diajukan disetujui dan sudah selesai produksinya, Rhino diminta melakukan proses pemotretan dan desain ulang.

Rhino langsung menelpon Pak Danu.

”Halo selama siang Pak Danu,”
”Dari mana?”
”Rhino, Beat Magazine.”
”Oh iya, udah terima kan e-mail saya?”
”Udah, Pak Danu, soal cover-nya, itu yang berserakkan bukan tissue lho. Tapi kertas yang diremas-remas. Lalu kalau bisa memang saya maunya pake laptop, toh di konsep yang saya ajukan juga disebutkannya laptop. Karena ini majalah musik Pak, saya mau kesan dinamisnya keliatan. Kalo pemotretan pake PC biasa, itu kesannya terlalu pegawai kantoran yang formal. At least kalau mau PC yang flat screen atau produknya Mac, enggak pa-pa, ya.”
”Enggak masalah, yang mengganggu cuma kertas-kertas itu yang jadi keliatan seperti tissue. Lebih baik dihilangkan saja, kemudian ditambahkan unsur bantal yang saya sebut. Kemudian dibanyakkin tumpukan kertas, dipisahin, yang satu melambangkan kerjaan yang belum selesai, ditaruh aja di dalam folder atau boks gitu, yang satu yang belum.”
”Ok, ada lagi, Pak?”
”Itu aja, sih. Saya mau meeting nanti telpon lagi ya, kalau ada apa-apa.”
“Ok Pak, makasih.”

Setelahnya Rhino harus langsung menghubungi fotografer majalahnya.

”Ari, jam satu nanti bisa ke kantor? Kita musti pemotretan ulang untuk cover.”
”Bisa kok, Rhin.”
”Ok, thanks.”

Akhirnya Rhino menunda jam makan siangnya untuk membantu art director-nya menyiapkan properti dan memikirkan sudut-sudut pengambilan gambar yang bagus untuk pemotretan. Meja Rhino digunakan, dipenuhi dengan tumpukan kertas, ada secangkir kopi, komputernya ditempeli post-it, dll.

Beginilah kalau harus berhubungan dengan klien. Klien adalah raja.

NonaDiandra: Dia gengsi mau ngaku salah.

Rhino baru membaca pesan dari Diandra, ketika sesi pemotretan selesai dan Rhino akhirnya bisa kembali duduk di hadapan komputer.

NonaDiandra: Tadi dia bilang gini Rhin, ”Gw enggak suka kalo lo jadi di atas gw gini.” WASALAM. Udah tanda-tanda banget ya ini cowok bermasalah. Gw beneran tunggu moment banget, nih. Kalo dia tetep bikin gw eneg, gw harus tinggalin dia. Dia pasti bakal sakit banget, gw juga.. tapi mau gimana lagi.
RadityaRhino: Ya ampun nunggu moment apa lagi sih, Di? Nunggu tanda apa lagi, nunggu tanda kiamat? Bloon deh lo.
NonaDiandra: Hehe.. iya, abis kan mutusin orang enggak gampang. Dia mau nelpon gw nih, terus mau jemput kita mau ngobrol. Kayaknya dia mau baikkan. Gw mau mandi dulu deh, ya.
RadityaRhino: Ok

Tidak ada komentar: