Senin, 25 Agustus 2008

Passion (checked), Commitment (checked), Understanding (umm?)

Seorang teman baik, yang sama-sama suka nulis, dan sama-sama suka mikir (sampe kening berkerut), beberapa waktu lalu mem-posting sebuah artikel tentang “Letting Go” di situsnya.

Menurut dia, letting go itu mudah. Saya juga setuju.

Dan untuk bisa letting go sesuatu kita harus bisa mengerti dan tau bener value kita (lagi-lagi soal value).
Kalo memang sesuatu, let say pekerjaan, enggak sesuai lagi sama value kita, ya udah lepasin aja.
Atau mungkin seseorang, pacar, atau temen, yang value-nya enggak ketemu lagi sama kita, ya udah lepasin aja.

Tolak ukurnya gampang, passion.
Kita melakukan segala sesuatu baru bisa maksimal dan dinikmati ketika hal itu berhubungan dengan passion kita.
Kita mungkin bisa melakukan banyak hal, tapi kalau bukan passion kita, percaya, pasti enggak akan maksimal, dan lama-kelamaan kita juga bosen dan enggak enjoy.
Jadi, (penutup dari teman saya, yang cukup GONG), kalau kita pacaran, kerja, temenan, pelayanan tapi udah enggak ada passion-nya, untuk apa dipertahankan? Just let it go.

Bener juga! Tapi, si tukang pikir satu ini tiba-tiba berkerut keningnya.
Ok, tolak ukurnya passion, kalo passion-nya udah enggak ada, berarti it is time to let it go.
Passion is indeed important. But what about commitment?
Saya kemudian mikir, gimana dengan orang yang udah bertahun-tahun menikah?
Apa iya mereka masih punya passion yang menggebu-gebu seperti waktu mereka pertama pacaran?
Gimana kalau mereka passion-nya enggak ada, cintanya juga, bukankah pernikahan mereka hanya bergantung di atas komitmen yang sudah mereka buat di hadapan Tuhan?

Begitu juga dengan orang pacaran, yang udah serius, dan pengen end-up ke pernikahan.
Kalau suatu saat passion-nya hilang, apa iya terus mereka harus letting go of each other?
Kalau gitu, setiap kali pacaran, ya tiap kali passion-nya ilang, lepasin aja, cari yang lain.

Menurut saya, passion penting, komitmen juga penting.
Ketika si passion ini hilang, masih ada sebuah komitmen yang harus dipertanggungjawabkan.
Maka, ketika si passion hilang, jangan langsung dilepas, ada baiknya, menurut saya, dicari-cari lagi, diasah lagi, in other words, harus ada yang namanya kesempatan kedua.

Saya dan teman saya kemudian punya titik temu, yaitu kata MENGERTi.
Memang di bagian atas postingannya, sudah disebutkan, kita harus mengerti terlebih dahulu value kita apa.
Kita harus mengerti dulu passion kita apa sebelum kita letting go sesuatu.
Dan, tambahan saya, kita juga harus bisa mengerti, komitmen pertama yang kita buat seperti apa?
How far we were willing to be committed?

Tidak ada komentar: