Jumat, 15 Agustus 2008

Hancock

Kemarin akhirnya saya kesampaian juga nonton Hancock.
Setelah penasaran sama pendapat teman-teman yang udah nonton dan mengkategorikan film tersebut sebagai film jelek dan enggak punya jalan cerita yang jelas, walaupun visualnya memang bagus.

Ternyata, setelah saya tonton, saya punya pendapat sendiri.
Memang, jalan ceritanya kurang maksimal, visualnya memang bagus kalau dibandingkan dengan teknik visual dari negeri sendiri, tapi menurut saya, film tersebut menyampaikan banyak pesan menarik yang bisa dipelajari.

Apa aja sih yang bisa dipelajari dari film Hancock?

1. Belajar bersyukur. Manusia jaman sekarang cenderung egois dan penuntut. Sudah terbiasa dengan segala kenyamanan yang ditawarkan dunia, begitu merasa tidak nyaman sedikit complain. Contohnya, masyarakat yang enggak suka sama kehadiran Hancock. Hancock udah berhasil menghentikan sebuah perampokan, bukannya terima kasih, terlepas dari cara Hancock yang emang agak nyeleneh, mereka malah marah-marah dan menganggap Hancock sebagai perusak fasilitas.

2. Itu kalau dari sisi masyarakat. Kalau dari sisi Hancock kita bisa belajar untuk jadi bijaksana. Berpikir dulu sebelum bertindak. Contohnya, waktu Hancock menyelamatkan Ray dari kereta api, di situ banyak warga yang protes sama cara Hancock menghentikan kereta api. Kenapa Hancock enggak angkat aja mobilnya Ray, terbang, terus dikembalikan lagi dengan aman, sehingga enggak harus ada banyak kerusakan yang terjadi. Pelajarannya, sehebat apa pun kita, kalau kita malas mikir, kalau kita bertindak seenak jidat, orang enggak akan respek sama kehebatan kita.

3. Belajar untuk tampil menarik. Maksudnya? Ya menarik dari cara kita mengemas diri kita, baik dari segi penampilan, kebersihan, cara bicara, tingkah laku, dan sebagainya yang terlihat dari luar. Manusia selalu melihat penampilan. Enggak usah bohong, setiap kita ketemu orang baru, kita pasti langsung nilai orang itu dari cara berpakaiannya, skala 1-10, bahkan ada yang minus. Apa yang kita tampilkan dari luar itu penting, impresi pertama yang orang dapat dari apa yang kita kenakan itu penting. Gini aja, kalau kita ketemu orang yang menurut kita menarik, kita pasti ada keinginan untuk kenal orang itu lebih lagi, soal karakternya gimana, itu urusan nanti. Tapi kalo dari luar keliatannya enggak menarik, pengen enggak untuk tau orang itu lebih lagi?

Dari Hancock kita bisa belajar, bahwa sehebat apa pun kita, kalau kita enggak pinter mengemas diri kita dengan baik, ya orang juga enggak akan tertarik dan respek sama keberadaan kita. Penampilan luar memang penting, tapi harus diimbangi juga sama karakter yang bagus. If you can’t attract me by your outlooks, how can you attract me more?

4. Belajar menahan diri demi perubahan ke arah yang lebih baik. Contohnya, waktu Hancock menyerahkan dirinya ke polisi, waktu lagi bacain permintaan maaf di depan pers dan masyarakat, Hancock harus tahan dihina-hina sama masyarakat. Dia harus betah tinggal di penjara selama 2 minggu, padahal kalau dia mau kabur bisa aja. Ikut kelas anger management dan terapi alkohol. Dan inget waktu Hancock ngambil bola basket di luar penjara, dia sempat tergoda untuk kabur, tapi ternyata dia terbang balik ke dalam penjara. Intinya, kalau kita mau berubah, it takes persistence and commitment, serta routine consistency. Yang paling dasar sih it takes your willingness to change. No matter how hard it is.


5. Belajar patuh dan merendah. Hancock diajarin etika sama Ray kalau mau jadi pahlawan yang diterima masyarakat. Kalau mendarat jangan sampai ngancurin aspal kan bisa. Kalau mau masuk ke gedung kan bisa lewat pintu, walaupun dengan kekuatan Hancock, dia bisa masuk dengan cara apa pun. Dan belajar untuk kasih komplimen ke orang lain, seperti bilang ”Good Job” ke polisi-polisi.

6. Belajar berkorban. This might sound so cliché, tapi saya terharu ketika Hancock mengorbankan perasaannya terhadap Mary, supaya Mary bisa tetap hidup. Begitu juga dengan Mary, yang memilih untuk meninggalkan Hancock 80 tahun yang lalu di sebuah rumah sakit, supaya Hancock bisa tetap hidup.

7. Kalau dari sisi Ray, kita bisa belajar menjadi teman yang baik. Kriterianya apa? Pertama, harus bisa bikin temen kita percaya sama omongan kita. Berkali-kali Ray berusaha meyakinkan Hancock dengan rencananya sambil bilang, ”trust me”, ”you gotta believe me on this”. Setelah ngomong gitu, tentu harus ada pembuktiannya, jangan cuma ngomong, supaya temen kita bisa bener-bener percaya sama omongan kita. Dan belajar tegas, plus harus berani ngomong yang pedes ke temen. Apalagi kalau punya temen yang bebal. Dikasih tau berkali-kali enggak mau denger. A true friend is someone who tells you what you NEED to hear, not what you WANT to hear.

8. Yang terakhir, dan yang paling menarik menurut saya adalah sepenggal kalimat yang sempat diucapkan Mary. Yang intinya kurang lebih seperti ini, ”Hidup kita bukan ditentukan sama takdir, tapi sama pilihan dan keputusan yang kita buat sendiri”. So stop blaming your destiny everytime you have problem, or whenever shit happens to you. Who you are right now is determined by your decision in the past, is determined by your choices in the past, is determined by the things that you’ve done in the past.

Note ini dibuat tanpa maksud menggurui. I know I am not a perfect human, and I am not, in any ways, better than you all. This is just a media for me to share my thoughts.

Tidak ada komentar: