Seringkali orang banyak mengeluh tentang hubungan mereka yang rusak dengan kalimat seperti ini, “Suami saya tidak pernah mendengarkan saya”, “Istri saya ga pernah mau dengerin saya”, “Orang tua saya enggak pernah mendengarkan saya.” Which is wrong .. karna ada kata ‘Never’ di situ.
Masalah yang sering datang dalam hubungan kita dengan siapa saja biasanya terjadi karena kita tidak mendengarkan. We don’t listen.
Menurut penelitian, kita menghabiskan 40% dari waktu kita terjaga untuk mendengar. Masalahnya, kebanyakan kita mendengarkan segala sesuatu hanya dengan tingkat efisiensi sebesar 25%. Artinya kalo kita mendengarkan 10 kata, yang benar2 kita simak dari 10 kata tersebut hanya 25%nya saja. 75% sisanya hilang begitu saja. Lost in translation.
Di sinilah letak permasalahan kita. Masalah datang dalam hubungan kita karena kita tidak mendengarkan dengan efektif .. dengan tingkat efisien yang cukup.
Yakobus 1:19
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Yakobus memperingatkan kita untuk ‘quick to listen, but slow to speak’. That’s why kita punya dua telinga dan satu mulut.
Pendengaran adalah potensi karunia pemberian Tuhan. Sejak kita lahir, kita punya pendengaran. Tapi masalahnya mendengarkan adalah kemampuan yang harus kita kembangkan dalam kehidupan. Dengan kata lain, kita memang bisa mendengar dari lahir .. tapi untuk mendengarkan kita harus belajar. Kata belajar berhubungan dengan sesuatu yang kita latih, yang kita pelajari berulang-ulang.
Statistik mengatakan, untuk kita belajar menulis membutuhkan waktu 12 tahun, dan menulis hanya dipakai sebanyak 12% dalam kehidupan kita. Membaca membutuhkan 6-8 tahun untuk kita pelajari, dan kita menggunakannya hanya 16% dalam kehidupan. Kemudian bicara, secara rata-rata, manusia menghabiskan 1-2 tahun untuk belajar bicara, dan digunakan sebanyak 30% dalam hidup. Sedangkan kemampuan kita untuk mendengar, sudah ada ketika kita masih dalam bentuk janin. Dan pendengaran dipakai 45% dalam kehidupan manusia.
The problem is we have the hearing, but we never learn to listen. Masalah dalam kehidupan terutama dalam relationship, terjadi bukan karena kita tidak punya pendengaran, bukan karena kita tuli. Tapi karena kita tidak pernah belajar untuk mendengarkan. Potensi adalah pemberian Tuhan, tapi keahlian adalah sesuatu yang harus diasah oleh manusia. Kita bisa saja punya potensi, tapi kalau kita tidak pernah mengasah potensi tersebut menjadi suatu keahlian maka potensi tidak bisa mendatangkan suatu keuntungan bagi kita.
Misalnya, kecerdasan atau intelligence merupakan potensi yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Tapi kemampuan untuk berpikir adalah keahlian yang harus kita latih. Keberhasilan hanya bisa didapat dalam kehidupan hanya saat potensi bertemu dengan keahlian.
To listen, untuk mendengar, untuk menyimak merupakan salah satu keterampilan dasar yang paling penting, terutama jika kita ingin membangun satu hubungan yang berhasil.
Statisik mengatakan 90-95% dari apa yang kita dengarkan akan hilang pada hari yang ketiga.
Ada 3 kebiasaan buruk yang menghalangi manusia untuk mendengarkan:
1. Kita seringkali terburu-buru mengambil kesimpulan.
Amsal 18:13 “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya”
Bahasa Inggris Living Bible: “It is stupid to decide before knowing the facts.”
Contoh kasus, ada Office Boy yang baru kerja di Jakarta baru datang dari desa. Dia dikasih setumpuk dokumen, dan dia sedang berdiri di depan sebuah mesin penghancur kertas. Wajahnya tampak bingung. Kemudian seorang sekretaris senior lewat dan melihat wajah si Office Boy yang kebingungan. Dia bertanya, “ Ada yang bisa saya bantu?” Si Office Boy bilang, “Cara kerja mesin ini gimana …” Si sekretaris langsung mengambil tumpukan dokumen tadi kemudian langsung memasukkannya ke dalam mesin penghancur kertas. Si sekretaris bilang, “Cuma begini aja. Gampang, kan ?” Tapi si Office Boy kemudian bertanya, “Itu tadi di-copy berapa rangkap?”
See .. we got to listen to the end! Jangan tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. We think we know what the other people going to say. Berapa sering kita liat orang berantem kemudian salah satu bilang, “Gw pikir maksud elo tadinya itu ..” (PLAK! Sangat menampar!)
Kesalahpahaman terjadi ketika kita berpikir orang lain akan berkata seperti apa yang kita pikirkan. Yang lebih fatal lagi kalau kita pikir semua orang pikirannya sama dengan kita! Itu presumption yang paling bodoh.
Jangan pernah melakukan ini, ketika ada orang sedang cerita .. kemudian anda potong dengan mengatakan, “Gw tau .. begini, iya kan?”
2. Ketidaksabaran.
Seringkali kita tidak sabar ketika mendengarkan orang.
Sebuah penelitian berkata, Otak manusia rata-rata mampu menangkap 650 kata per menit. Namun kecepatan rata-rata seorang manusia dalam berbicara hanya 150 kata per menit. Jadi masih ada gap 500 kata di otak manusia. Itu sebabnya seringkali ketika kita sedang mendengarkan sesuatu, otak kita malah kemana-mana.
That’s why kita harus belajar sabar untuk mendengarkan. Instead of, kita suruh orang lain ngomong supaya lebih cepat .. harusnya kita adjust otak kita untuk mendengar lebih lambat. Seberapa sering kita ketemu orang lagi mendengarkan tapi dia terus menerus bilang, “Ya … terus?? Lalu ….”
It’s about our self-control. Salah satu ciri orang yang ga sabar, he/she always finish the sentence for the other person.
Amsal 29:20
Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.
Bahasa Indonesia Sehari-hari:
“Lebih banyak harapan bagi orang dungu daripada bagi orang yang berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu.”
3. Kesombongan.
Kesombongan menghalangi seseorang untuk mendengarkan pengajaran apa saja.
Amsal 12:15
Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
Bahasa Indonesia Sehari-hari:
“Orang dungu merasa dirinya tidak pernah salah, tapi orang bijaksana suka mendengarkan nasihat.”
So if you don’t want to be called “DUMB” you better listen to good consult.
“Talk and you’ll say what you already know. But listen and you’ll learn something new” – Anonymous.
Amsal 15:31
Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.
Good News Bible:
“If you pay attention when you are corrected, you are wise.”
Bagaimana caranya kita belajar mendengarkan?
1. Learn to listen with your eyes.
80% komunikasi manusia bersifat non-verbal, tidak bersifat suara. When you talk to someone, look at that person into his eyes.
2. Listen with your heart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar