Rhino terbangun karena suara Ibunya yang ramai sedang berbicara di telepon, dengan seorang teman yang juga rekan bisnisnya nampaknya.
Matanya mengerjap, berusaha beradaptasi.
Semalam ia baru tidur pukul setengah tiga pagi, karena keasikan nonton DVD.
Sekarang, jam setengah tujuh pagi, Rhino terpaksa bangun, selain karena suara Ibunya, tapi juga karena ada rombongan suster dan dokter yang masuk untuk melakukan morning check-up untuk Ayahnya, yang sedang asik baca koran.
Gambaran ini mengingatkan Rhino kepada salah satu scene di Grey’s Anatomy, ketika Dr. Bailey menggiring kelima intern-nya, Grey, Yang, Stevens, O’Malley dan Karev, berpindah dari kamar ke kamar setiap paginya untuk memeriksa kondisi terakhir pasiennya.
Semalam Rhino tidur di sofa bed di kamar tempat Ayahnya dirawat.
Ia memutuskan untuk menemani Ibunya menunggui si Ayah.
Ketika gerombolan medis berbaju putih tersebut menghambur keluar dari kamar, Rhino dengan lekas berjalan menuju kamar mandi.
Cuci muka, menyikat giginya, kemudian memeriksa ada berapa jerawat yang hilang, dan ada berapa jerawat baru yang timbul.
Ternyata stagnan, wajahnya masih bersih. Rhino tersenyum, tapi komedo di hidungnya mulai terlihat, dan dia lupa membawa plester perekat komedonya dari rumah. Dia bergegas keluar kamar mandi.
”Ma, apotik di bawah itu udah buka belum, ya?”
”Enggak tau, coba aja liat.” jawab Ibu yang sudah selesai bercakap di telepon dan sekarang sedang menyuapi sarapan ke mulut Ayah.
”Mau beli apa emang kamu?” tanya Ibu.
”Mau cari plester perekat komedo itu, yang buat di hidung, mereka jual enggak, ya?”
”Coba aja liat, kalo enggak ada, di seberang itu kan ada supermarket, mungkin mereka jual.”
Rhino mengangguk, mengambil hp, dompet, dan jaketnya, kemudian segera keluar dari kamar.
Berjalan sendirian di koridor lantai 5 menuju lift, lalu turun ke lantai dasar.
Rumah sakit masih sepi, belum terlihat aktifitas yang berarti.
Rhino tidak pernah suka aura rumah sakit, ditambah dengan bau-bauan medis yang menyengat.
Setiap hari rumah sakit menghantarkan nyawa baru ke bumi, tapi juga merenggut nyawa lain dari bumi.
Rumah sakit seperti kantor pos, ada yang dikirim, ada yang diterima.
Ketika pintu kaca otomatis terbuka, angin pagi yang dingin menerpa Rhino, membuat ia segera mengunci rapat jaketnya dengan resleting.
Sialnya, ia hanya mengenakan boxer, sehingga kakinya linu kedinginan.
Langit begitu hitam, seperti tidak sabar menumpahkan hujan.
Rhino berjalan dengan langkah panjang-panjang melewati parkiran, melewati pos satpam dan gerbang rumah sakit, kemudian tiba di supermarket yang berada persis di seberang rumah sakit.
Untungnya supermarket tersebut sudah buka, hanya ada satu penjaga kasir, sedang sibuk merapikan susunan uang di dalam laci meja kasirnya.
Satu jam kemudian, setelah mandi, ganti pakaian, dan menelepon perusahaan taksi langganannya, Rhino sudah siap berangkat menuju kantor.
Ia duduk sendirian di bangku panjang di luar lobi rumah sakit.
Di depannya pohon-pohon bergoyang ganas tertiup angin.
Hujan mulai turun, langit semakin pekat.
Rhino membawa banyak barang bawaan, tas kerjanya, tas laptop, kemudian satu kantong berisi pakaian kantor, sendal rumahnya, plus dua bantal merah yang harus selalu dibawanya ke mana-mana jika ingin menginap di sebuah tempat.
Dua bantal tersebut merupakan hadiah Natal tahun lalu dari Nadia.
”Bo, barang bawaan lo banyak banget. Abis nginep?” tanya Dewi, Marketing Promo-nya yang baru, ketika Rhino tiba di kantor.
”Iya, abis nginep di rumah sakit. Bokap gw dirawat.”
”Oww.. sakit apa?”
”Radang maag. Biasa sama kayak anaknya suka nahan makan.”
BUZZ
NonaDiandra: Zacrhino Tjakraditya!! Guess what! Gw minta putus semalem!
Baru sebentar komputernya menyala, Diandra sudah mengajaknya chatting.
RadityaRhino: Wow. Then?
NonaDiandra: And now I’m not responding to any of his texts or calls.
RadityaRhino: What makes you take the decision?
NonaDiandra: Gini ceritanya.
RadityaRhino: Ok keep typin. I’m listenin as usual.
Maka seperti biasa Rhino membiarkan Diandra mengetik panjang ceritanya, sementara ia mengerjakan beberapa hal lain terlebih dulu.
Begitu selesai, baru ia akan menanggapi Diandra.
NonaDiandra: Kemaren, dia ke rumah gw, kita makan nonton tv, terus dia ketiduran. Gw suruh ke kamar aja, gw di luar internetan. Terus dia kan nyolokkin iPod ke Macbook gw, mau pindahin lagu. Karena dia tidur, gw aja yang mindahin. Nah, kan enggak bisa langsung drag tuh dari iPod dia ke iTunes gw, jadi mesti dari foldernya. Pas gw buka, enggak ada folder lagu, adanya folder ”restricted”. Gw buka dong, lagu-lagunya semua ada di situ. Udah dong, eh terus ada satu folder namanya ”ga penting bgt bgt”. Gw tergoda buka, pas gw buka, ada video-video Rhiiiinnnn, video dia sama mantannya!
RadityaRhino: Wow, ok, terus?
NonaDiandra: And you know what, the video was shot at the exact same place that he took me for valentine’s day. Dia waktu itu bilang ke gw, dia enggak pernah bawa siapa pun ke situ kecuali gw. He has prepared everything buat gw, dia bilang gw spesial, and I believed him. Ternyata, mantannya juga dibawa ke situ Rhino, terus gw jejerin foto-foto gw dan video itu di dua window. Sumpah, itu cewek duduk di exact same spot that I sat on, facing the same goddamn pemandangan that I saw, and the car was even parked at the same fucking spot! Dan gw pun pas di situ juga buat video SAMA PERSIS. Anjing tuh cowok bohong sama gw!!
RadityaRhino: Keep going, entar kalo udah kelar buzz aja, biar gw baca dari atas.
Rhino sadar, Diandra masih akan mengetik panjang dalam beberapa menit ke depan, lebih baik ia mengerjakan pekerjaannya terlebih dulu, baru kembali chatting dengan Diandra.
NonaDiandra: Terus gw buka folder lagi, gw nemu foto dia baru bangun tidur sama mantannyaa!!! Rhiiinnooo, gw panas banget! Tuh cowok bohong sama gw. Gw langsung bangunin dan tanya dia, dia enggak bisa ngomong apa-apa, dia malah bilang gini, ”Aku bohong demi kebaikan kita, kamu pun kalo jadi aku akan melakukan hal yang seneng. Aku bohong biar kamu seneng”. WHAT? Berarti dia bohong enggak cuma sekali lagi ya enggak, sih? Kalo gitu dia bakal terus bohong kiri kanan selama gw seneng dan tetep sama dia. Gila Rhin, gw enggak terima, gw enggak bisa hidup sama cowok yang bohongin gw. Gw langsung usir dia dari rumah, gw cuma bilang ”You fucking liar!”, terus tutup pager. Dia berdiri depan rumah gw, telepon gw, maksa ngomong, gw udah enggak mau denger. Gw super pusing sekarang Rhino. Gw numb, enggak sedih, enggak seneng.
RadityaRhino: Gilaa.. one thing for sure, dia freak abis lho. I mean dia bawa lo ke exact point tempat dia sama mantannya, kayak disorder enggak sih menurut lo? Serem amat.
NonaDiandra: ABES!
RadityaRhino: Ya udah Di, sekarang udah bener sih keputusan yang elo ambil untuk enggak mau denger apa-apa dari dia lagi. Karena percaya deh, cowok-cowok tipe itu selalu bisa find his way untuk balik lagi sama ceweknya. Mostly, temen-temen gw yang stuck di relationship kayak gini, baru bisa kabur setelah bener-bener ambil keputusan ”menghilang” dari cowoknya.
NonaDiandra: Ugh, gw enggak pernah tolerate people yang fake things up.
RadityaRhino: Ya udah hold onto it, soal dia ngomong bahwa dia bohong supaya elo bahagia, come it doesn’t make any sense! Yang namanya bohong enggak pernah bikin orang bahagia, karena once the truth comes out you’ll hurt the people eventually.
NonaDiandra: Exactly!!
RadityaRhino: Kalo dia sayang sama elo, dia akan ngaku sejujur-jujurnya, kayak elo buka aib elo ke dia.
NonaDiandra: IYA! Gw aja buka aib gw, sampe gw dikatain cewek bekasan!
RadityaRhino: Gosh, he’s scary Diandra, totally! Elo buka aib lo dia marah, dia nutupin aibnya, dan giliran ketahuan dia expect elo untuk terima dia apa adanya. Waw what a very self-centric bastard he is!
NonaDiandra: Huaaa.. iya ya Rhin. Ngomong lagi dong Rhin, buka otak gw lagi dong, biar otak gw enggak nutup lagi Rhin.
RadityaRhino: Diandra, gw musti ngomong apa lagi. The decision for you to use your brain and logic ya ada di elo, kali ini elo harus THINK not FEEL.
NonaDiandra: Haiss!! Iya Rhin, both option seems as devastating as the other. Either gw putus atau enggak, pasti hati gw bakal tetep sakit.
RadityaRhino: Ya at least, kalo putus sakitnya masih bisa diobatin, Di. Kalo diterusin mungkin sakitnya bisa jadi busuk.
NonaDiandra: Iya sih, I can’t believe this is happening to me Rhin. I was smart you know, I was like the hardest girl anyone could ever get.
RadityaRhino: That’s the thing when you started to compromise everything, Di. Makanya know your value, don’t ever lower your standar. Well, it’s good that you learnt something from this.
NonaDiandra: Iya Rhin, I just told my mom, she said the same thing.
RadityaRhino: Tuh kan, ya udah deh, kamu baik-baik ya. Aku mau makan dulu.
NonaDiandra: Okeee!!
Minggu, 23 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar